Ratusan orang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan usai pertandingan terbaru Arema FC vs Persebaya pada Sabtu malam (1/10) di Stadion Kanjuruhan, Malang. Gelanggang sepakbola yang pada dasarnya untuk dirasakan dengan menyenangi cita mendadak jadi kesedihan cita digemakan masyarakat internet di linimasa. Pada dasarnya olahraga seperti sepakbola jadi hiburan keluarga, segala kalangan umur hingga anak-buah hati menonton regu kesayangan berlaga di stadion pujian masing-masing.
Namun apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan semalam, Indonesia tiba-tiba diselimuti awan gelap. Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 127 ini memancing emosional masyarakat. Kesedihan, geram, sesal bercampur aduk menjadi satu. Lewat media sosial, mereka malahan ramai melampiaskannya kepada sosial media FIFA dan PSSI.
Baca Juga: Apakah Alasan Shopee PHK Karyawan?
Suporter yang nekat masuk ke lapangan di bubarkan oleh aparat keamanan. Pihak keamanan kemudian mencoba mengamankan para pemain secara khusus dahulu sebelum mengurai massa. Kemudian, tembakan gas air mata di lepaskan dengan tujuan mengurai massa yang masuk ke lapangan. Suporter mengalami sesak napas dan tidak sedikit dari mereka jatuh pingsan.
Di sisi lain, Timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong yang sedang menanjak. Timnas Indonesia U-20 dan tim-tim senior Indonesia sudah di bawa oleh pelatih asal Korea Selatan itu ke pentas Asia. Lebih penting lagi, Indonesia telah di tunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 mendatang.
Tragedi Kanjuruhan Terbaru Arema FC Menelan Korban 127
Perlu diketahui, dalam hukum FIFA terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty dan Security Regulations), penggunaan gas air mata konkretnya tak dibiarkan.
Tragedi Kanjuruhan terbaru yang menelan korban 127 itu menempatkan kejadian suram semalam sebagai tragedi sepakbola terbesar kedua di dunia. Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta membongkar penyebab para korban meninggal dunia. Menurutnya, tragedi Kanjuruhan itu terjadi sebab penumpukan massa.
“Telah meninggal 127 orang, dua di antaranya member Polri,” ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, terhadap wartawan di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).
Tragedi pertama itu saat babak kualifikasi Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina dan sudah berlalu lebih dari separuh abad lalu yang menewaskan 328 orang. Adapun tragedi Hillsborough yang adalah sejaram kelam sepakbola Inggris yang menelang korban jiwa sampai 96 orang pada 1989 silam. Seharusnya, tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia!